Senin, 03 Oktober 2022

Ryda's Diary


Hari ini,,, entah hari inipantas di sebut hari yang seperti apa??? Pada awalnyaseperti biasa. tidak ada yang istimewa. Pada pertengahan ku merasa kekanak-kanakan-ku kembali. Sehingga ku benci pada semua yang ada di sekelilingku. Dan pada akhir, ku merasa senang. Karena ku bisa kembali menemukan kedewasaan-ku. Dibantu oleh Shinichi Kudo, detective SMU berbakat....
^_^

Selasa, 31 Maret 2009

SEDIH.....


Sedih... Rasa itu yang saat ini (saat aku menulis entri ini) sedang aku rasakan. Aku sangat tertekan. Aku berada di lingkungan yang membuat aku merasa sangat jauh dari Bunda-ku. Aku tinggal di rumah seseorang yang dulunya adalah sahabat baik Bunda. Tapi, itu malah membuat aku tertekan. Aku ingin pergi jauh...
Anda semua pasti pernah merasakan sedih dan tertekan. Jadi anda pasti tahu seperti apa perasaan saya saat ini. Meskipun belum tentu anda juga bisa merasakannya. Tenang saja!!! Saya tidak akan memaksa dan juga tidak meminta orang lain untuk ikut merasakan apa yang saya rasakan. Tapi saya hanya ingin dimengerti. Tidak lebih..
Aaaahhhhhhhhhhhhhh....
Sudah! Membuat aku tambah muak terhadap apa yang terjadi.

Penelitian Ilmiah yang Alami...



Penelitian Ilmiah Yang Alami???
Apa'an tu???? Aku ja juga baru denger! Eh, sebenernya bukan baru denger, tapi baru terinspirasi, baru nemu!
kata, atau tepatnya kalimat itu aku temukan saat aku berada di sebuah ruangan yang penuh dengan Orang-orang jenius. Ahli Teknlogi, ahli religi, ahli psikologi, ahli.... ahli apa lagi ya???? Banyak deh pokoknya!!!
Hari ini aku lagi puuusiiing banget!!! Lagi Bad Mood! Padahal ada buanyak hal yang harus segera aku kerjakan. Yang salah banyaknya adalah Penelitian itu tadi...
Aku lagi bingung, ada banyak tema yang tersedia, yang aku harus memilih salah satunya. PAdahal memilih sesuatu yang tersedia banyak altenatif itu malah membuatku pusing. Ada yang menyarankan Fisika, Kimia, Pertanian, Biologi, Sastra. Ups, sastra??? Sepertinya menarik! Ambil SAstra aja. Okey, aku harus segera mencari konsep, pembatas tema, penelitia, dan segera ku sajikan ke Kepala Diknas di Jakarta sono.
Tapi,,, meski pun aku suka dan sangat menyukai sastra, tapi aku merasa kesulitan jika harus meneliti sastra di kalangan masyarakat. Karena konsep yang aku kuasai adalah ada hubungannya dengan sejarah. Sedangkan nilai sejarahku selalu tidak lebih dari 8.
Langsung pindah haluan. Kesehatan? Tertarik sih... Apalagi kalo membahas tentang pengobantan alternatif. Wah... Gak akan ku tolak! Tapi... ada kendala lagi. Aku gak begitu memahami tentang obat-obat alternatif itu. Dan aku akan membutuhkan banyak waktu, uang, dan tenaga untuk melakukan penelitian itu..
Psikologi????
Mmmm... baiklah kalo begitu!!!! Akan ku lakukan! Demi Tuhan yang telah menciptakanku dan memberiku pengetahuan. Demi Bunda dan Ayah yang selalu mendukungku. Demi MAs Syarif(Alm.) kakakku tercinta yang telah menjadi motivatorku. Demi Mas Bahrur, sahabatku yang selalu membuat aku merasa tertantang untuk selalu menjadi lebih baik. Dan demi Sahabat-Sahabatku tercinta...
I WILL DO It!!!!
Chek This Out!!!!!!!!!

Jumat, 20 Maret 2009

ke MAlang.... ada yang terlUpaKan...


March, 12nd 2009....
SebuAH perjalAnan yang Tak Begitu Ku haRap,, Tapi Cukup Ku nanTi.
Karena apa?????
saat aku Di Coban Rondo nanti,,, aku akan menikmati yang tak tErlupakan...
Apakah Itu????
Jagung Bakar.....
Khas Kota MAlang...
Uh,,,,, sUeDepna.,,,

Kamis, 05 Februari 2009

Aku dan HIngar Bingar Dusta-ku...



Terperosok “Aku” melukai-Mu
Terperangah “Aku” dalam mendustai-Mu
Menggenggam secuil dedaunan
Yang cokelat keronta
Kisut tak berdaya
Semakin bangga dian membakar
Dalam hangar binger guyuran hujan
Meronta, berteriak mencekik
Mengusir keteduhan pada-“Ku”
“Aku” yang dulu hijau
Kini menjadi arang
“Aku” yang dulu putih
Kini menjadi abu
Abu yang kusam tak terbentuk
Sungguh tak pandai “Aku” merangkai kata
Untuk kembali menemukan kalimat
Dalam sujud yang dulu “Aku” hidup
Terasa mati “Aku” dalam ruku'
Congak yang semakin tinggi
Tinggi melampaui Pegunungan Alpen
Ingin “Aku” pulang saja
Meninggalkan itu
“Aku” mau kembali hidup
“Aku” mau kembali hijau, putih,
“Aku” mau Engkau merangkul-”Ku”
Dan “Aku” mau lenyap hingar bingar dusta-“Ku”
Karena sungguh "Ku" ingin itu...
Tuhan-"Ku"...

Jumat, 09 Januari 2009

ALBERT EINSTEIN, SANG PEMIKIR SEJATI!!!



Judul buku : Einstein Membantah Taurot dan Injil, Einstein Mati Matanya dijugil
Penulis : Wisnu Arya Ardhana
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tebal Buku : XXXIV+258 halaman
Tahun Terbit : I, November 2008
Harga : Rp 42,500.00

Albert Einstein. Siapa yang tidak kenal dengan tokoh fisikawan hebat yang satu ini? Mungkin hampir tidak ada orang percaya jika dikatakan bahwa Enstein, si Jenius itu, masa kecilnya diperkirakan menderita cacat mental yang disebabkan oleh sindrom aspergeryang mengarah pada autisme. Para dokter semakin yakin kalau Einsterin kecil mengidap autisme karena kebiasaannya yang tidak suka bermain bersama dengan teman seusianya. Selain itu ada dugaan lain bahwa Einstein kecil juga menderita dyslexia, sulit berbicara, dan timbul sifat pemalu.
Namun berkat hadiah yang diberikan ayahnya, Hermann Einstein, pada saat ulang tahunnya yang kelima, sebuah hadiah yang tidak selayaknya diberikan pada seorang anak seusia dia. Hadiah itu adalah kompas. Kompas pemberian ayahnya telah membawa perubahan besar pada diri Einsten. Otak Einstein mulai terangsang untuk berpikir, kenapa arah jarum kompas selalu menghadap ke utara meski ia telah menghadap ke selatan, ke barat atau ke timur. Dan mulai sejak itu ia terangsang unutk terus bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya, sehingga secara perlahan Einstein mulai bisa berbicara.
Itu tadi merupakan sepenggal dari isi buku “Einstein Membantah Taurot dan Injil”, masih banyak kejutan-kejutan lain yang menarik dan sayang untuk terlewatkan. Seperti kisah Einstein tidak lulus SMP, Einstein beragama ganda yaitu Yahudi dan Khatolik, dan sikap Einstein yang menentang isi kedua kitab suci yang pernah dipelajarinya.
Namun untuk bisa lebih memahami buku ini, paling tidak kita harus mempunyai pengetahuan dasar tentang sains, karena di dalam buku ini terdapat banyak istilah-istilah sains, dan istilah agama Yahudi dan Khatolik. Dan buku ini tidak menjelaskan secara detail arti istilah tersebut. Selain itu dalam buku “Einstein Membantah Taurot dan Injil” ini sering terjadi pengulangan kalimat dari bab satu ke bab-bab lainnya yang mungkin akan membuat sedikit jenuh.
Meskipun demikian buku “Einstein Membantah TAurot dan Injil” ini tidak hanya ditujukan kepada kalangan sains saja, melainkan untuk semua kalangan. Entah kalangan sains, social, bahasa, atau umat muslim, khatolik, yahudi, hindu, budha, atau kalangan-kalangan yang lainnya. Karena yang jelas buku ini ditulis untuk orang-orang yang ingin mencari kebenaran hakiki. Beruntung kita telah berada dalam kebanaran hakiki itu, ialah ISLAM.
Dan siapakah Einstein abad XXI? Yang akan melanjutkan penemuan-penemuan spektakulernya. Mungkin saja aku, kamu, dia, kita siswa-siswi MAN 2 MADIUN? Yang akan menemukan teori-teori baru di bidang ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, atau yang lainnya. Yang jelas sangatlah belum terlambat bagi kita untuk bisa melebihi Einstein jika kita mau berusaha mulai dari sekarang. Karena sesungguhnya pusat ilmu pengetahuan itu berada di dalam AL-Qur’an, kitab suci kita. Dan yang tak kalah penting adalah Do’a.
by: Rizky_

DIA PERGI, DIA MENINGGALKAN-KU, DAN DIA MENGHILANG…


Madiun, 7th July 2003
Hari itu, aku masih ingat betul. Dia datang dengan membawa setangkai mawar merah, meski ku tak begitu suka, tapi dengan senyum termanis-ku coba memberikan itu padanya. Senyum yang hanya bisa aku berikan pada seorang saja. Dengan menutup mataku menggunakan sehelai kain, dia membawaku ke sebuah tempat. Yang kurasakan sangat dingin, udaranya masih suci, dan angin yanng berhembus pun sangat bersahabat. Sepertinya dia telah memblocking tempat ini untuk kita berdua. Semua terasa sangat indah dan damai. Kesejukan yang diberikan Tuhan pada hari yang spesial ini.
Dia menuntun ku, dan membiarkan ku sejenak meresapi dan menghayati keadaan. Mencium aroma pinus yang ku rindukan. Membayangkan kebahagiaan yang akan ku dapat. Mungkin akan menjadi sangat sempurna jika dia mengijinkan-ku untuk segera membuka tutup mataku.
“Sayang sudah siap?” tanyanya.
Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil serta senyum tipis. Mata-ku pun terbuka, dan dengan leluasa aku bisa melihat apa yang tadi aku bayangkan. Ternyata tak seindah yang ku harap. Melainkan begitu indah, sangat indah! Melebihi indahnya dari apa yang aku kira. Subhanallah... ku ucap lirih di bibir, dan ku teriakkan pada hati-ku. Biar semua penghuni kolong langit terbangun mendengar teriakanku, dan mereka ikut menyaksikan keindahan yang sekarang ada di depan mataku ini.
“Bagaimana? Ryda suka?”
“Suka banget mas! Pemandangannya indah, sempurna!” dengan semangat kegembiraan-ku tunjukkan padanya. Sungguh inilah kado terindah dalam hidup-ku. Kado istimewa dari seorang yang istimewa.
“Masih ada satu kejutan lagi buat Ryda. Ryda tunggu sebentar ya!”
Kejutan lagi? Kejutannya apa ya? Ryda penasaran. Mas Syarif memang orang yang romantis. Dia suka memberi kejutan ke Ryda. Kali ini kejutannya apa lagi ya? Apa dia mau ngasih Ryda buku psikologi yang udah lama Ryda incer? Atau mungkin malah buku bahasa Inggris yang harganya selangit itu? Wah...pasti Ryda seneng banget kalau memang itu kajutannya.
Dia menuju ke mobil dan menyuruh-ku untuk menunggu sebentar di sini. Aku terus membayangkan kejutan yang akan diberikan Mas Syarif padaku. Dia kembali dengan tangan kosong. Aku pun cemas, apa kejutannya gagal? Ah, nggak asyik!
Dia menyuruhku untuk menutup mata lagi.
“Emangnya kita mau main petak umpet apa mas? Dari tadi nutup mata terus.?” Protesku.
“Udah, nggak usah banyak protes! Cepetan, tutup mata!”
Aku pun menutup mataku seperti yang diperintahkannya. Sayup-sayup ku dengar teriakan orang-orang yang ku kenal. Mereka menyanyikan sebuah lagu yang juga akrab di telingaku. Aku ingin segera mengetahuinya, tapi Mas Syarif melarangku.
Ya, sekarang aku tahu dan aku yakin. Mereka adalah teman-teman Mas Syarif. Tapi dari mana mereka datang? Karena penasaran, Aku pun melanggar peraturan. Aku segera membuka mata. Mereka masing-masing membawa kotak. Ada yang berwarna pink, ungu, kuning, dan yang terakhir biru. Hatiku bertanya, kenapa yang biru itu yag paling kecil ya? Tapi yang paling kecil pasti yang keistimewaanya paling kecil juga.
“Nah, sekarang silakan Ryda buka kadonya. Terserah dimulai dari yang mana dulu.”
“Sekarang ya? Ya udah, Ryda pengen buka yang ungu dulu. Isinya apa ya?”. Wow, boneka dophin biru yang lucu. Ryda kasih nama siapa ya? Gimana kalau Phin-Phin? Sekarang kotak kedua yang berwarna kuning. Isinya juga boneka, tapi boneka beruang. Ryda kasih nama Junior. Kalau ditanya Seniornya siapa? Ya mas Syarif. Sureprise…kotak ketiga berisi buku yang Ryda inginkan. Buku psikologi dan bahasa inggris yang sangat Ryda idamkan. Kotak terakhir apa ya isinya? Palingan juga coklat, seperti biasa. Ternyata benar, itu coklat kesukaan Ryda.
“Mas masih punya satu lagi buat Ryda. Ini dia....”
“Mas, ini liontin yang Ryda bilang kemarin? Mas jadi beli buat Ryda?”
Terik semakin tinggi. Kabut pun telah kembali ke peraduannya. Hangat datang menyelimuti-ku yang dari tadi menggigil karena suhu yang terlalu rendah.
“Jadi naik?” Tanya salah seorang teman mas Syarif.
“Jadi dong. Kan sayang udah sampai sini gak naik. Ryda ikut?”
“Nggak usah naik lah! Kan cuaca juga lagi nggak bersahabat. Ntar kalau tiba-tiba ada badai gimana?”
“Ya jangan berdoa gitu! Berdo’a yang baik-baik saja. Biar kita baik-baik juga. Ya udah, kalau Ryda nggak mau ikut Ryda tunggu di mobil saja sama Teh Aisy.”
“Nggak usah berangkat! Perasaan Ryda nggak enak. Kita pulang aja ya!”
“Ryda, ini kan bukan yang pertama bagi mas naik ke puncak. Ryda juga pernah ikut kan? Nggak ada yang perlu di khawatirkan. Gini aja. Nanti di atas mas carikan tanaman yang paling langka. Itu akan jadi kado terindah dan terspesial buat Ryda. Gimana?”
Dengan berat hati ku biarkan dia pergi dengan teman-temannya. Dia pergi ke atas puncak dengan senyum yang menyayat hati-ku. Entah kenapa rasanya ini bukanlah hal yang seperti biasanya. Senyumnya, seperti senyum kemenangan hidup. Lambaian tangannya, seperti lambaian tangan perpisahan. Dan air mata yang ku teteskan, seperti air mata kehilangan.
Dia semakin hilang dari pandangan-ku. Jauh dari gapaian tangan-ku. Dan aku pun memutuskan untuk menunggunya di mobil, seperti yang diperintahkannya tadi. Aku terus memandangi liontin yang diberikannya tadi. Tapi tiba-tiba….. Liontinnya hilang. Ya Allah, apa yang terjadi dengan mas Syarif? Aku terus mencari liontinnya. Tapi nihil, tidak berhasil. Aku menangis, sedih. Aku merasakan kehilangan hebat. Dan kurasakan sebuah bisikan halus menyapa-ku. Memaksaku keluar dari mobil. Banyak orang lari ke atas. Entah ada apa.
“Ada dua orang pendaki terpeleset ke jurang. Untungnya mereka masih selamat.” Teriak salah seorang dari mereka. Dua orang? Kalau itu rombongan mas Syarif, seharusnya kan mereka itu ada tiga. Pikiran-ku pun tak tenang. Aku coba menghubungi HP mas Syarif. Tak ada jawaban. Berkali kucoba, tetap sama. Ku putuskan untuk menyusul ke atas, tapi Teh Aisy melarangku. Aku tak peduli. Ku terus berlari ke atas, hingga ku temui tim sar membawa dua korban yang jatuh ke dalam jurang. Kalau mereka berdua telah ditemukan seharusnya mas Syarif juga ditemukan. Aku meminta kepada tim sar untuk kembali melakukan penyisiran tapi mereka menolak dengan alasan cuaca buruk dan sudah tidak ada kemungkinan untuk bisa menemukan korban terakhir. Aku memaksa, mereka juga semakin keras menolak. Ya Allah, dimana Mas Syarif? Tunjukkan padaku dimana keberadaan kakakku?
Aku mencoba meyakinkan diri. Aku yakin dia pasti sudah sampai puncak dan sedang mengambil tanaman langka itu untukku. Berhari ku menunggu, menunggu, dan selalu sama, aku menunggu. Dan kenyataan pun tak berubah. Dia memang sudah pergi, kala itu dia meninggalkanku tanpa mau mendengar saranku. Hingga akhirnya dia harus menghilang dibawa angin. Terbang ke atas, dan semakin ke atas. Dia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dan dia menghilang entah kemana? Tanpa membawaku, yang dia bilang akulah adhek tersayangnya. Yang akan selalu menemani hidupnya. Dia hilang. Aku sepi.....