Sabtu, 13 Desember 2008

About Bahrur Rozzi Adiguna,,,


Madiun, 22nd February 2008
Seorang cowok yang telah membuat aku penasaran tentang dirinya. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat MOS (Masa Orientasi Siswa), tepatnya saat dia maju untuk diinterview tentang karya-karyanya (tulisan-tulisannya). Tegas, bijaksana, tenang, dan tidak neka-neko. Ya, mungkin itu yang kukatakan dalam hati, selain pertanyaan dan harapan besar yang menggelayut dalam hatiku. “Siapa sich dia sebenarnya? Anaknya ga’begitu tampan jika dibandingkan dengan mas Rijal, tapi sepertinya ada yang sama antara dia dengan mas Rijal. Tapi apa itu? Karyanya yang dibacakan anak aneh tadi juga lumayan bagus, ga’kalah dengan karyanya Kahlil Gibran. Sepertinya aku udah dapat saingan baru nich!!”.
Hari kedua aku bertemu dengan dia, yaitu hari terakhir MOS. Saat itu ada sedikit kejutan dari kakak-kakak OSIS. Kita dimarah-marahi tanpa diketahui rumus matematika, fisika, dan kimianya. Tapi aku tau ini merupakan pekerjaan orang-orang yang kurang kerjaan, jadi aku tidak peduli dengan teriakan-teriakan mereka. I don’t care! Lagi-lagi anak itu yang disuruh maju. Sebenarnya ada apa to dengan anak itu? Sepertinya dia juga tidak ada salah. Di depan dia tetap tenang, dan santai, tapi tetap memperlihatkan kebijaksanaannya yang kemarin aku lihat. Tanpa kusadari mataku ini terus memperhatikannya, sehingga para panitia yang teriak-teriak di sebelahku tidak terdengar oleh telingaku.
Setelah panitia membuka kedoknya bahwa itu merupakan suatu game dan salah satu schedule yang harus dilaksanakan, suasana pun kembali reda. Tidak ada lagi celotehan-celotehan ga’karuan para panitia. Dia diwawancarai oleh salah satu kakak OSIS layaknya seorang wartawan yang mewawancarai Presiden George W. Bush. “Bagaiman perasaan kamu tadi dek?” tanya panitia itu dengan rasa layaknya seorang manusia tanpa dosa. “Sebenarnya saya sudah tau kalau itu tadi merupakan suatu permainan, jadi saya tetap santai dan tidak perlu merasa khawatir atau merasa bersalah.” Jawaban yang simpel, sederhana, dan mengejutkan hatiku.
“Subhaanallah, siapa nama hamba-Mu itu ya Allah? Dia begitu memikat hati hamba. Ternyata masih ada orang yang seperti itu, tipe orang yang selama ini hamba cari untuk bisa menemani kehidupan hamba yang lebih kekal, dan mengajari hamba tentang apa kehidupan. Atau paling tidak nantinya dia bisa menggantikan ‘Mas’ yang sudah pergi. Semoga saja aku bisa mengetahui siapa dia dan menjadikan apa yang hamba minta, amin ya Allah...”
Setelah hari itu tepatnya kejadian itu, tak pernah lagi ku temui dia. Meski sebenarnya hatiku ini terus mencari-cari dia, tapi jangan sampai ada orang lain yang tau, walau pun dan bahkan mas Rijal. Tak akan pernah ku biarkan itu terjadi. Hingga hari pengumuman pembagian kelas pun tiba. Aku tidak segera menuju ke papan pengumuman, karena sudah menjadi ketentuan dan tradisi bahwa setiap ada pengumuman baru pasti langsung diserbu massa, terlebih pengumuman yang seperti ini. Aku tidak ingin ikut-ikutan menyerbu pengumuman itu, karena aku ga’mau menyerahkan dan membiarkan tubuhku diserbu massa.
Setelah kuperhatikan lama, akhirnya papan pengumuman itu pun sepi. Hanya tinggal beberapa anak saja, tapi cukup aman untuk membiarkan tubuhku berada di sana. Dan aku pun memulai untuk mencari-cari. ‘Bahrur Rozzi Adiguna’, nama itulah yang pertama kali aku cari. Dan aku menemukan nama itu di kelas X.5. Lalu aku menuju ke bawah, berharap namaku berada di bawahnya. Yappii!!!,,,aku menemukan namaku di bawahnya yang berjarak sekitar 39 angka. “Terima kasih ya Allah… Engkau mangabulkan doaku.”
Setelah melihat pengumuman, aku langsung menuju ke kelas baruku yang telah ditentukan dan yangakan aku tinggali selama satu tahun. Di kelas itu, aku tak menemukannya. Aku bingung, dan hatiku rasanya seperti ingin menangis saja. Entah mengapa aku seperti kembali merasa kehilangan. Aku mencoba untuk tidak mempedulikannya, tapi tetap tidak bisa. Aku duduk lemas di belakang, menyendiri dan tidak berusaha untuk mencari kenalan/teman baru yang dilakukan teman-temanku. Atau mungkin yang sudah menjadi tradisi bagi para siswa baru.
“Riz, nglamun ae…! Nglamunke aku piye?” suara itu menggugah lamunanku, aku mengenal suara itu,sepertinya… ya benar, itu suara Taufik teman satu sekolahku dulu waktu MTsN.
“Fik, sampeyan juga di kelas ini to?”
“Iya” jawabnya sambil membetulkan posisi duduknya.
“Trus, selain aku ma sampeyan, sapa lagi?” Lanjutku.
“Ga’ ada. Cuma I ma you thok.” Paparnya dengan logat lucunya menggunakan bahasa Inggris yang ambur-adul.
Dia adalah satu-satunya anak yang ku kenal di kelas ini. Dan karena aku lagi malas untuk mencari kenalan baru, akhirnya aku putuskan saja untuk ngobrol-ngobrol dengan dia. Daripada nglamun ga’ berfaedah wa la bermanfa’at.
“Eh, Fik. Sampeyan tau ga’ anak yang namanya Bahrur?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Bahrur? Bahrur yang mana?”
“Masa’ ga’ tau tho? Itu loh, anak yang waktu MOS kemaren arek-e maju untuk ditanyai tentang puisi-puisinya. Trus waktu terakhir dia juga disuruh maju untuk dikerjain.” Jelasku.
“Kalo yang dikerjain tu aku taunya cuma Zeni (teman sekelasku waktu MTsN), tapi yang satunya sapa aku ga’ tau. Soale saking takutnya jadi aku ga’ berani neka-neko. Trus, kalo waktu puisi itu,,, sepertinya aku lagi ke kamar mandi, kalo ga’ lagi ketiduran.”
“Ah…sampeyan iku yo, waktunya tidur malah maen, waktunya da pelajaran malah tidur. Percuma kalo gitu nerangin ngalor-ngidul”.
“Eh, anak-e opo sing Gendhut iku?” sepertinya ingatannya mulai pulih.
“Lha...betul...tau kan?” tanya ku berharap-harap.
“Apa yang di depan itu?” menunjuk pada salah satu sudut yang lebih mengarah pada satu anak yang selama ini menjadi incaranku.
“Ya…itu yang ku maksud. Taufik pinter…anaknya sapa sih?” pujiku padanya karena udah membantuku nyari permata hitam.
“Ya anaknya mamaku lah. Emange da pa to?”
“Ada deh… mau tau aja!!!”
“Hayoo..da pa?mmm,,,jangan-jangan...? Rizky lagi ehm..ehm.. ni. Cie… Rizky lagi poling in love!”
Tak ku hiraukan lagi celotehan-celotehannya. Bagiku sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya aku bisa kenal dengan dia.
Setelah beberapa hari berlangsung, kami akhirnya menentukan sapa yang pantas untuk dijadikan ketua, waka, sekre, benda, dll. Hatiku bahagia tak terbendung lagi ketika hasil keluar bahwa dia menjadi ketua kelas dan aku menjadi sekretaris satunya. Tak lama kemudian, juga diadakan pemilihan pegurus OSIS baru periode 2007-2008. Aku dan dia merupakan salah dua dari delapan anak perwakilan kelasku yang akan ikut seleksi.
Tak dapat dihindari, kedekatan antara aku dan dia pun semakin erat. Dan ternyata benar. Semua yang dulu ku pertanyakan kini terjawab sudah bersama dengan terbentuknya SUPER TITU yang beranggotakan Bahrur, Anas, Hamid, Fajar, dan aku. Di namakan SUPER TITU karena ceweknya cuma satu, yaitu aku. Namanya juga SUPER TITU, yang merupakan singkatan dari ‘‘Sekumpulan Pemuda Keren Cantiknya Satu’’. Nama SUPER TITU merupakan sebuah nama yang ditemukan di toilet cowok oleh Bahrur.
Tapi, satu yang belum mampu terjawab oleh pikirku, hatiku, dan waktuku. Apakah dia bisa menggantikan ‘Mas’ dan mas Rijal yang telah jahat padaku, yang telah tega meninggalkan aku? Mungkin saat ini dia mengatakan akan tetap menjadi sahabatku, tapi rasa takut akan kehilangan itu tetap tersimpan dalam pikiranku. Sekarang dia bersamaku karena dia belum menemukan pecinta mawar itu, tapi bagaimana denganku jika nanti dia bersama Zulfa? Sang pecinta mawar itu? atau orang lain yang mampu membawa paginya. Apa aku juga harus merasakan kehilangan lagi?
Ya Allah… temani dan tenangkan hati hamba-Mu yang kesepian ini..!!!
Amin…..

ILANGE BUDHAYA JAWA ING TANAH JOWO…..




Awake dhewe iki dadi pemudha sing bakalan nerusake mimpin Negara Indonesia mesti wes padha weroh yen bangsa iki nduweni akeh banget budhaya. Lan salah sawijine budhaya iku yaiku budhaya Jowo.
Budhaya jowo ingkang den warisake sangka para leluhur kita iku akeh banget werno-wernine. Ana ing babakan sandangan, babakan tari-tarian, babakan gendhing-gendhing jawa, gamelan, keris, batik, pawukon, sastra jowo, wayang, karawitan, ludruk, keroncong, uga sak pinunggalane. Sak jane isih okeh kebudhayan ing tanah Jowo iki.
Ing babakan sandangan, ana sing diarani busana kejawen sing anduweni lambang khusus kanggo wong-wong jawa. Ing babakan tari-tarin, ono sing diarani Tari Srimpi sing den karang maring Paku Buwono IX. Ugo ono tari Bedoyo ingkang dadi legenda tarian katresnan Raja Mataram karo Ratu Kencana Sari.
Ono ing babakan gendhing Jowo ugo okeh bannget rupine. Hananging ing tulisan iki namung tak sebutne sebagian wae. Kang salah sawijine yoiku tembang macapat koyodene Pucung, Maskumambang, Gambuh, Megatruh, Mijil, Kinanthi, Durna, Asmarandana, Pangkur, Sinom, lan Dandang Gulo. Ugo kebudhayaan-kebudhayaan liyo sing wis dak sebutake ing dhukur.
Hananging ing perkembanganing jaman iki wes agawe akeh perubahan. Ora mung perubahan ing babakan gayane urip manungso, perubahan tekhnologi, perubahan akhlak, ugo perubahan budhoyo-budhoyo sangka leluhur.
Onone perubahan-perubahan iku mau ora adoh sangka partisipasi para pemudhone. Pemudho iku dadi generasi sing bakal nerusake mimpin donya. Mulo pemudho iku den tuntut kanggo iso agawe piro-piro penemuan anyar ing babakan teknologi ugo ing babakan ilmu pangerten. Tapi yen ora onone dasar agomo kang kuat kanggo iku kabeh mongko hasile yo ora iso sempurno. Iso-iso malah bakal ndadeake pemudho-pemudho iku lali marang budhoyone.
Manut maring sumber koran Kompas Solo den sebutake yen bangsa Indonesia iku bangsa sing sugeh karo kebudhayaanne sing agung sak njobone kebiasaan manungso. Perkoro iki iso dadi sumber penghasilan lan biji dagang kanggo kapentingan diplomasi Indonesia karo negoro liyo. Mangka sangka iku, para pemudhane kudu iso nuduhake kasugihane kabudhayaan Indonesia iki maring negoro liya.
Hananging yen kahanane kaya sak iki, para pemudhane wis padha keset lan wegah nyinaoni kebudhayaane dhewe. Lha yen koyo ngono iku mau, sopo maneh sing bakal ngenalake kebudhayaan Jowo iki maring negroro liyo? Yen dipekso ngenalake ugo ora bakal iso. Opo coba sing dikenalake yen sing bakal ngenalake wae ora ngerti opo-opo babakan iku? Pora yo lucu lan diguyu wong-wong turis iku yen ngenalake nanging ora kenal?
Budhoyo Jowo iku salah sawijine budhoyo kang kahanane wis mulai ilang. Lan dadi kewajibane kita kabeh poro pemudhane bangsa kanggo jogo lan nglestareaken. Amprih ora den colong karo negoro liyo, koyoto kasus Reog Ponorogo lan kasenian batik. Jogo kebudayaan iku ora sak wise eneke kasus koyo iku mau. Tapi mulai sangka sak iki kudu wis den jogo lan den lestareake. Ora yen wis dicolong wong lagi klabakan bingung nggoleki koyo pitik babon kelangan piyike. Bingung ngalor bingung ngidul, tapi ora gelem disalahake. Yen ditekoni nyapo kok iso den colong wong jawabane gampang “Lha terah KERE. Iren ngingeti budhayane wong liyo. Duwe’e dhewe den jupuk.”
Naliko kahanane koyo mengkono mau, awake dhewe iki ora iso nyalahake wong liyo. Tapi iku mau mergo salahe awake dhewe ugo. Nyapo awake dhewe iki ora gelem jogo, nyinaoni, lan nglestareake opo sing wis diparingake Gusti kang Maha Agung? Apa sing den paringake gusti iku mau kurang akeh?
Lan naliko awake dhewe iki wis ora gelem nyinaoni budhayane dhewe, contone nyinaoni tari-tari Jowo, utowo ngomong nganggo basa jowo sing leres saben dinone, mangka iso den kiro-kiroake yen boso jawa iku bakalan ilang ing wektu 20-30 tahunan maneh. Perkoro iki iso den gandrungi sangka mulai den ilangake piwulangan tata basa jowo neng sekolah-sekolahan sing iku sak mbiyene dadi pelajaran wajib kanggo poro siswa. Nanging sak iki piwulangan bab kebudhayaan jowo iku mau den ganti karo piwulangan bab basa asing, koyo basa Inggris, basa Arab, basa Mandarin, lan liyane.
Pancen leres lan ora salah yen awake dhewe iki nyinaoni basa asing sing dadi salah sawijine kebudhayaane negoro liyo. Nanging ora luweh apik yen awake dhewe iki ugo tetep mangerteni babakan budhaya dhewe. Mulo sangka sak iki ayo padha nyinaoni budhaya kita. Supoyo ora den colong karo wong liyo maneh. Lan iku iso ndadeake bangsa Indonesia iki den segani karo bangsa liyo mergo kebudayaane.

Den karang maring Rizky D. Ula/XIA3(JuaraII lomaba artikel jawa Bulan Bahasa MAN 2 MADIUN).

MAN 2 MADIUN, WUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT DENGAN DONOR DARAH

Bersama Selamatkan Jutaan Umat Yang Terancam Karena Kekurangan Darah. Satu tetes Darah Dapat Menyelamatkan Satu Jiwa.

Kemarin Selasa (25/11), Man 2 Madiun mengadakan acara donor darah. Acara yang diselenggarakan oleh OSIS MAN 2 MADIUN bersama PMR MAN 2 MADIUN ini bekerja sama dengan pihak PMI Cabang Madiun. Dibantu dengan 3 orang dokter spesialis dan dua perawat, acara ini bisa berjalan dengan baik. Sehingga membuahkan hasil yang bisa dikatakan sangat memuaskan. Acara ini mendapat antusias yang tinggi dari para siswa. Bahkan banyak diantara guru yang juga ikut berpartisipasi mendonorkan darahnya. Dari ±47 siswa yang menyumbang, salah satunya adalah Ketua OSIS, Ahmad Choirul Anam. Begitu juga ketua PMR tidak mau ketinggalan dalam mendonorkan darahnya.
“Meski pun lelah, saya merasa sangat senang acara ini bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan ini bertujuan dalam membantu orang-orang yang memerlukan darah. Di sisi lain kami ingin menumbuh-kembangkan rasa tolong menolong antar sesama.” Jelas Dony Hermawan, ketua panitia seusai acara.
“Kegiatan ini dilatar belakangi oleh karena berkurangnya stok darah di PMI. Selain itu juga untuk membantu masyarakat yang membutuhkan darah. Dan semoga acara ini bisa berjalan dengan lancar.” Sepatah kata dari kepala MAN 2 MADIUN, Bp. Drs. Basuki Rachmad, M.Pd di sela-sela acara.
“Saya senang bisa ikut acara ini. Karena kata guru saya, setelah mendonorkan darah saya akan jadi lebih sehat. Meski pun awalnya saya sedikit takut melihat jarumnya yang besar.” Kata salah satu siswa yang ikut mendonorkan darahnya. Selesai mendonorkan darah, para pendonor lalu diberi segelas susu dan telur rebus untuk segera memulihkan tenaga mereka. Selain itu mereka juga diberi bingkisan berupa makanan sehat.
Sayangnya tidak semua siswa yang ingin mendonorkan darahnya bisa begitu saja langsung mendonor. Tapi harus memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan. Diantaranya
• usia minimal calon pendonor darah tidak kurang dari 16tahun,
• berat badan minimal 42-43kg,
• tekanan darah normal (tidak kurang dari 110mmHg),
• dipastikan tidak memiliki penyakit seperti TBC, hemofilia,ginjal, dan
• khusus untuk perempuan tidak saat datang bulan atau menstruasi.
Sehingga dari keempat persyaratan tersebut membuat beberapa siswa merasa kecewa karena tidak bisa mewujudkan niat mulianya, mendonor darah untuk orang lain yang membutuhkan.
“Meski saya tidak bisa mendonorkan darah saya untuk orang lain yang sangat membutuhkan, tapi saya tetap senang bisa membantu panitia dalam mensukseskan acara ini. Dan saya rasa dengan doa yang saya panjatkan itu cukup membantu orang lain.” Salah satu siswa yang tidak boleh mendonorkan darahnya oleh dokter dari PMI.*(ryda/anm)